Anak Muda Harus Jadi Subyek Bonus Demografi

Generasi muda, khususnya milenial dan Gen Z, telah menjadi mayoritas populasi di Indonesia. Makin besarnya populasi usia produktif ini membuat Indonesia disebut sebagai negara dengan bonus demografi yang puncaknya akan terjadi pada tahun 2030 atau kurang dari lima tahun lagi.

Dengan kaum milenial mengisi lebih dari 50 persen populasi usia produktif itu, Indonesia boleh berharap akan makin cepat melangkah maju dan mendorong berbagai kemajuan bangsa. Untuk mendapatkan pendorong dari bonus demografi itu tentu ada berbagai syarat, misalnya kualitas populasi usia muda yang harus memadai.

Semua pihak harus memberikan kontribusi khususnya untuk menjadikan generasi muda sebagai subyek dalam segala hal dan bukan hanya menjadi obyek atau dijadikan pasar. Maka dibuatlah rumusan sebagai tawaran solusi dengan format 17-8-45 atau 17 permasalahan, 8 program, dan 45 wawasan solusi riil sebagaimana diulas dalam Buku Sanditrack yang diterbitkan tahun 2019 lalu.

Generasi muda dengan berbagai keunikan dan potensinya harus bisa hadir menjadi pelaku utama di bidang perekonomian. Ada ulasan yang cukup luas dan dalam di Buku Sanditrack yang bukan hanya menyangkut perekonomian tapi juga berbagai permasalahan umum bangsa yang disertai paket solusi untuk bisa dijalankan khususnya bagi kaum muda.

Salah satu yang disorot adalah perubahan gaya hidup yang membuat anak muda tidak menjadikan hunian sebagai prioritas utama dalam hidupnya. Karena itu sangat jarang dari generasi ini yang membuat rencana spesifik untuk bisa mengakses huniannya serta mengatur keuangan untuk bisa mencapainya. Di sisi lain, yang memiliki keinginan membeli rumah dihadapkan pada kesulitan akses pembiayaan.

Kerap disebut oleh kalangan pengamat perumahan terkait berbagai kendala anak muda membeli rumah. Untuk itu perlu dielaborasi dengan lebih detail apa yang dimaksud dengan kendala akses pembiayaan itu? Apakah semua perusahaan developer, perbankan, maupun pemerintah yang seperti berlomba menawarkan aneka insentif kemudahan untuk kaum muda mendapatkan hunian sudah tepat?

Teknologi informasi (TI) yang lekat dengan generasi milenial-Gen Z juga perlu mendapatkan ulasan tersendiri. Generasi muda harus terus diarahkan untuk meningkatkan potensi dan keahlian di berbagai bidang supaya bisa menangkap dan memanfaatkan berbagai peluang dari perkembangan TI yang mengubah segalanya itu.

Pengembangan berbagai aplikasi yang khas anak muda seharusnya bisa dilakukan terpadu untuk membantu memudahkan aktivitas kehidupan dan bukan menjadi aplikasi terpisah sehingga pemanfaatannya tidak optimal.

Misalnya, aplikasi untuk membandingkan harga seperti PriceArea, Telunjuk, PricePanda, PricePrice, dan lain sebagainya yang tentunya sangat menarik. Melalui berbagai aplikasi ini kita bisa membandingkan harga berbagai produk dan jasa. Bila ditunjang dengan sistem TI yang canggih, aplikasi pembanding harga itu bisa membuat semuanya serba transparan dan mencegah mark up yang tentunya akan memudahkan penggunanya.

Selain itu ada banyak potensi pekerjaan yang bisa dikritisi dan menjadi profesi masa depan anak-anak muda. Makanya, buang jauh-jauh pola pendidikan yang terlalu mengandalkan otak kiri dan membuat di masa lalu banyak anak bercita-cita menjadi dokter, insinyur, dan sejenisnya.

Saat ini dibutuhkan pendidikan yang mendorong anak muda untuk lebih mengasah otak kanannya karena berbagai pekerjaan kekinian banyak menuntut gagasan dan kreativitas yang penuh warna. Itu juga yang membuat profesi seperti selebgram, influencer, youtuber, maupun buzzer kian populer.

Anak muda harus aware dengan perkembangan zaman yang mendisrupsi semua hal dan bagaimana sebaiknya menghadapi hal ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *