Uswatun Hasanah

Secara bahasa, uswatun hasanah berasal dari kata ‘uswah’ yang berarti teladan sementara ‘hasanah’ berarti baik. Uswatun hasanah bisa diartikan sebagai teladan yang baik dan teladan itu merujuk kepada Nabi Muhammad SAW dan Nabi Ibrahim AS yang ditunjuk sebagai suri teladan umat manusia.

 

Maka ketika kita mendengar kata uswatun hasanah, akan langsung terbayang kepada Rasulullah karena hanya beliaulah satu-satunya manusia yang memiliki akhlak sempurna yang menjadi uswatun hasanah terbaik bagi umatnya. Bahkan Allah secara langsung menyatakan di dalam Al Qur’an:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)

 

Sebagai seorang Rasul yang menerima perintah dari Allah SWT melalui malaikat Jibril dan sebagai konsekuensinya, beliau pun harus mampu menjalankan perintah-perintah tersebut dan menjadi role model bagi umatnya. Tidak ada yang cacat sedikit pun dari akhlak Rasulullah SAW. Beliau sungguh menjadi uswatun hasanah yang sempurna.

 

Istri beliau, Aisyah RA, ketika ditanya oleh sahabat tentang akhlak Rasulullah SAW mengatakan bahwa akhlak suaminya adalah Al Qur’an. Artinya, akhlak Rasulullah SAW merupakan implementasi dari isi Al Qur’an. Allah telah menurunkan 124 ribu nabi sejak Nabi Adam AS sampai Rasulullah SAW. Seluruh Nabi tersebut merupakan manusia pilihan yang dijaga akhlaknya oleh Allah agar menjadi uswatun hasanah bagi umat-umatnya.

 

Mereka menjalankan seluruh perintah Allah dengan ikhlas, meskipun mungkin boleh jadi secara manusiawi bertentangan dengan hati nurani. Misalkan, ketika Rasulullah diperintahkan menikah lagi setelah meninggalnya Siti Khadijah RA. Mungkin, di hati kecil beliau tidak setuju karena cintanya terhadap Siti Khadijah.

 

Namun, karena ini merupakan perintah Allah untuk menuntun umat maka perintah ini dijalankan dengan ikhlas. Padahal ketika menantu beliau, Ali bin Abu Thalib, ingin berpoligami, tetapi beliau harus melakukannya sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT dalam mengimplementasikan kalimat “Sami’na waatho’na”.

 

Konsep role model yang ada pada Rasulullah SAW sebenarnya sudah mencakup seluruh aspek kehidupan, baik ekonomi, sosial, politik dan hukum. Tujuannya, agar umat beliau mencontoh apa yang dicontohkan Rasulullah SAW dalam aspek-aspek tersebut.

 

Rasulullah mencontohkan, bagaimana cara mendidik anak, bagaimana cara memimpin sebuah negara dan cara menjadi seorang pemimpin, bagaimana cara berumah tangga, bagaimana cara berperang dan memperlakukan tawanan perang, dan masih banyak lagi contoh-contoh dari Rasulullah SAW yang berhubungan langsung dengan kehidupan di masyarakat.

 

Tidak ada seorang pemimpin yang mempunyai akhlak sesempurna dan semulia Rasulullah SAW. Tidak ada seorang pemimpin dunia yang menjadi role model selengkap Rasulullah SAW. Maka bagi umat Islam tidak ada alasan untuk merasa bingung sehingga tidak mengikuti apa yang beliau lakukan.

 

Kita harus mencintai Beliau sebagai suri tauladan dalam kehidupan kita. Jangan kita mengambil idola selain Rasulullah SAW. Tidak boleh kita mengidolakan manusia walaupun beliau presiden atau tokoh-tokoh lain, selain Nabi Muhammad SAW. Jangan kita mengikuti cara hidup selain yang dicontohkan beliau. Jadikan Rasulullah SAW sebagai satu-satunya idola kita di dunia dan akhirat.

 

Maka perilaku Rasulullah harus diteladani karena apapun yang beli lakukan pasti membawa kebaikan. Mungkin kita belum bisa merasakannya saat ini tapi di masa datang pasti akan terbukti. Para ilmuwan dunia pun mengakui kehebatan Rasulullah. Lihat saja pada buku 100 tokoh dunia, Nabi Muhammad SAW ditempatkan pada urutan pertama. Ini membuktikan pengakuan mereka terhadap sepak terjang kehidupan Nabi Muhammad SAW.

 

Bahkan pada buku tersebut Yesus dianggap Tuhan oleh orang Kristen ditempatkan pada urutan keempat. Tidak ada satu pun sendi kehidupan yang luput dari contoh Rasulullah SAW. Hal ini sengaja dilakukan beliau atas perintah Allah sebagai tuntutan bagi umatnya. Sebab, hingga kiamat nanti tidak ada lagi nabi dan rasul yang diutus Allah untuk memberikan petunjuk kepada umat manusia.

 

Sekarang tinggal kemauan kita untuk mengikuti sunah-sunah Rasulullah SAW. Bagi mereka yang mengikutinya dijamin memperoleh keselamatan di dunia dan akhirat. Sedangkan yang ingkar terhadap sunah-sunah beliau, akan mendapatkan keburukan di dunia maupun di akhirat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *