Islamofobia

Indonesia merupakan negara dengan umat muslim terbesar tapi sungguh sangat ironis kala banyak orang yang secara terbuka mengolok-olok Islam dan umat Islam di negeri ini. Mayoritas penduduknya yang muslim itu malah secara terbuka menunjukkan ketidaksukaan terhadap Agama Islam ketika seharusnya menampilkan sikap moderat yang mengedepankan damai, toleran, menyatu, maju, hingga meng-Indonesia.

 

Islam dikatakan agama impor, penjajah, dan agama perang dengan nada yang sinis dan apologi. Berani pula menghina Al-Qur’an, menghina Nabi Muhammad dengan berbagai julukan yang buruk, umat Islam dilecehkan dengan istilah kadrun, dan berbagai sebutan lain yang merendahkan.

 

Pelakunya bisa datang dari muslim itu sendiri. Di Pekanbaru ada ustaz yang menghina Al-Qur’an dan menyebut Nabi Muhammad dekil dan kotor. Semuanya dikatakan dengan latar belakangnya sendiri untuk memberi penekanan pada aspek ajaran tertentu dengan logikanya sendiri. Hasilnya tentu bias dan salah pandang tentang Islam.

 

Semuanya tetap bermuara pada penyakit lama islamofobia yaitu sinisme, prasangka, salah paham, ketidaksukaan, dan kebencian terhadap Islam dan umat Islam. Sama halnya dengan pelecehan dan narasi kebencian yang juga kerap menimpa agama lain di negeri manapun.

 

Mengukur agama lain dengan agamanya sendiri, inilah masa ketika orang sangat terbuka dan leluasa menista agama dan pemeluknya. Beberapa waktu silam nuansa islamofobia juga bisa tampak dari apa yang dilakukan pemerintah dengan memblokir situs-situs Islam seperti arrahmah.com, voa-islam.com, panjimas.com, dakwatuna.com, kafilahmujahid.com, kiblat.net, muslimdaily.net, hidayatullah.com, salam-online.com, dakwahmedia.com, eramuslim, dan sebagainya.

 

Jauh sebelumnya menunjukkan sikap pemerintah yang menyelenggarakan diskusi dengan tema “Tren Gaya Hidup Hijrah: Peluang atau Ancaman bagi NKRI?” Ada kesan pemerintah mencurigai dan mengaitkan fenomena maraknya syiar Islam dengan bangkitnya radikalisme yang mengancam NKRI.

 

Tentu hal ini sangat memprihatinkan, bangsa Indonesia yang mayoritas adalah muslim sudah seharusnya menjadi bagian terbesar yang mewarnai arah bangsa ini. Tapi kenyataannya justru banyak dicurigai oleh oknum-oknum yang duduk di pemerintahan. Ini tentu menjadi PR kita bersama dan bagaimanapun pemimpin memegang peran penting.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *