Dalam perkara peradaban, dulu Indonesia lewat Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) sebenarnya punya konsep yang bagus yaitu memadukan antara Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) dengan Iman dan Takwa (Imtak). Perpaduan imtak dan iptek yang ada di ICMI merupakan gagasan dari Presiden Indonesia ketiga Bacharuddin Jusuf Habibie. Gagasan tersebut adalah kunci untuk membangun peradaban dunia ke depan yaitu memadukan iman dan taqwa dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Imtak terdiri dari dua kata iman dan takwa yang masing-masing memiliki makna tersendiri. Imtak merupakan urusan yang sarat dengan kepercayaan, pemahaman, sikap, perasaan, dan perilaku yang bersumber dari Al Qur’an dan hadis. Sedangkan iptek merupakan suatu sumber di mana seseorang dapat mengelola menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kehidupannya. Dengan kata lain, pengembangan iptek bertujuan untuk semakin mempermudah kehidupan manusia.
Pengetahuan umum dan pengetahuan agama adalah dua poin utama sains yang saling mendukung untuk menciptakan generasi yang unggul. Maka pendekatan integrasi ilmu agama dengan ilmu umum menjadi salah satu solusi dan itu penting dilakukan. Dengan pendekatan integrasi tersebut dapat dipahami kalau antara pendidikan agama Islam dengan ilmu umum pada dasarnya adalah satu atau terikat oleh iman dan tauhid sehingga peserta didik memiliki kepribadian yang beriman dan bertakwa (imtak) serta menguasai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan pada akhirnya akan menciptakan keseimbangan antara kebutuhan dunia pendidikan dan akhirat.
Sementara kita sering memaknai kemajuan sebuah bangsa atau negara dengan segala kemudahan memperoleh sesuatu seperti teknologi dan SDM dengan sebutan perubahan zaman. Apakah ini benar? Terkait hal ini perlu kita luruskan dahulu pemikiran kita tentang zaman.
Zaman adalah perihal jangka waktu yang panjang atau pendek sebuah masa, contohnya kekuasaan raja-raja di Nusantara disebut zaman kerajaan kemudian zaman pendudukan Jepang di Indonesia yang sering kita sebut zaman Jepang, dan banyak lagi. Zaman sendiri terlahir dari sebuah peradaban manusia dan batas perubahan sebuah zaman yang ditandai dengan perkembangan peradaban.
Berbeda dengan zaman, peradaban adalah hasil kecerdasan yang berupa berbagai perilaku manusia. Peradaban dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti kemajuan lahir dan batin yang meliputi kecerdasan dan kebudayaan dengan obyek sebuah bangsa. Selain itu, peradaban juga bermakna perihal yang menyangkut sopan santun, budi bahasa, dan kebudayaan suatu bangsa.
Dalam konteks ini yang berperan dalam kemajuan negara adalah peradaban, bukan zaman. Ada pepatah Arab yang mengatakan kalau zaman tidak pernah berubah melainkan peradabanlah yang berubah.
Bangsa-bangsa di dunia ini tidak sama peradabannya dan itu dipengaruhi oleh kebudayaan hingga kecerdasan yang berbeda-beda. Contohnya banga Eropa dengan Asia, di Eropa menganut kebebasan berpendapat, berpikir, dan berperilaku sementara di Asia menjunjung tinggi norma kesantunan.
Meskipun demikian, perbedaan tersebut tidak memengaruhi kemajuan masing-masing bangsa di segala aspek. Selalu ada dampak positif dan negatif di satı aspek secara bersamaan. Misalnya, perkembangan industri yang memasuki industri 4.0 memiliki dampak signifikan di sektor kecepatan. Bila dampak positif dapat berkembang dengan cepat, dampak negatif pun sama. Kemajuan peradaban bangsa yang pesat sebagai hasil kecerdasan dibarengi dengan kesiapan bangsa yang baik dan benar untuk memajukan peradaban yang unggul.
Kita sepakati bersama begitu besar dampak dari kemajuan teknologi yang dapat membuat nilai-niai sosial dan budaya ikut berubah, kemudian kita menyebutnya sebagai perubahan zaman. Bahkan, berbagai masalah yang muncul akibat perkembangan peradaban juga kita sebut perubahan zaman. Padahal kita menyadari bahwa kita berada di zaman akhir dengan segala dinamika peradaban sejak nabiyullah terakhir Muhammad SAW diutus. Jadi dinamika persoalan nilai sosial dan budaya yang tergerus bukanlah akibat dari perubahan zaman melainkan peradaban.




